02 April 2010

Cinta Dalam Spiritualitas

Sejak dilahirkan menjadi bayi, sebenarnya kita telah mengenal cinta yang berasal dari orangtua kita.
Kemudian ketika tumbuh besar, maka kita akan menemukan cinta lainya dalam bentuk yang berbeda. Cinta kepada saudara, sahabat dan kemudian tumbuh lagi dan menemukan cinta terhadap lawan jenis yang menawan hati.
Kita pun mengalami sebentuk cinta baru sampai pada satu titik dalam kehidupan kita, lalu memutuskan untuk menikah.
Cinta yang dialami dalam masa pacaran itu berbeda dengan cinta dalam tanggung jawab membina rumah tangga.
Cinta awal dalam pernikahan tersebut masih tercampur dengan unsur-unsur hasrat material (Syahwat), misalnya cinta karena kecantikan dan penampilannya, seksualitas, kepemilikan harta dsb. Juga hasrat imaterial seperti garis keturunan dan keningratan.
Kemudian dari pernikahan yang menghasilkan anak, kita akan menemukan sebentuk cinta baru lagi, yaitu kepada darah daging sendiri.
Kemudian dalam perjalanan waktu unsur-unsur yang membangkitkan hasrat material di antara pasangan itu akan menyusut. Kecantikan atau ketampanan yang telah memudar, kulit mulai berkeriput, tubuh yang dulu menggairahkan mulai tak menarik lagi. Gairah seksual dan daya reproduksi juga menurun.
Pada saat itulah yang tersisa dari kedua pasangan adalah kesan-kesan selama kebersamaan yang menghasilkan sebentuk cinta yg lebih murni. Cinta yg tumbuh dari kesetiaan, perhatian dan kasih sayang, ketulusan, dan kesabaran pasanganya dalam menghadapi permasalahan yg datang dalam kehidupan mereka bersama.
Cinta yg murni seperti inilah yg akhirnya dapat membantu seseorang dalam mengidentifikasi cinta kepada Allah.
Inilah sebentuk cinta spiritual yg seringkali berada diluar benak mereka yg baru mengenal manisnya cinta lawan jenis.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...