28 November 2012

Berhati-hatilah Mengenai Hal-Hal Ghaib

Pada saat sahabat pilihan yang bernama Utsman bin Madh'un wafat sedang
Rasulullah shallallhu alaihi wasallam hadir di sisinya dan mendengar
sahabat besar perempuan (shahabiyyah) Ummu Al-'Ala' berkata:
''Kesaksianku atasmu Abu As- Saib (Utsman bin Madh'un), bahwa Allah
sungguh telah memuliakanmu''. Maka Rasulullah saw membantahnya: ''Apa
yang menjadikan kamu tahu bahwa Allah memuliakannya?''
Ini adalah peringatan yang besar dari Rasulullah saw kepada sahabat
wanita ini karena dia telah menetapkan hukum dengan hukum yang
menyangkut keghaiban, ini tidak boleh karena tidak ada yang menjangkau
hal ghaib kecuali Allah SWT. Tetapi shahabiyah (sahabat wanita) ini
membalas dengan berkata: ''Subhanallaah, ya Rasulullah!! Siapa (lagi)
kah yang akan Allah muliakan kalau Dia tidak memuliakanya?''
Artinya, jika Utsman bin Madh'un ra, tidak termasuk orang yang
dimulyakan Allah maka siapa lagi yang masih tersisa pada kita yang
akan dimuliakan Allah''
Ini jawaban yang sangat mengena dan signifikan/cukup bermakna. Tetapi
Rasul saw menolaknya dengan ucapan yang lebih mengena dari itu, di
mana beliau bersabda: ''Demi Allah, saya ini benar-benar utusan Allah,
(tetapi) saya tidak tahu apa yang Dia perbuat padaku esok.''
Ini adalah puncak perkara, Rasul sendiri yang dia itu orang yang
dirahmati dan disalami oleh Allah, beliau wajib berhati-hati dan
mengharap rahmat Allah.
Dan di sinilah Ummu Al-'Ala' sampai pada hakekat syara' yang besar,
maka dia berkata: ''Demi Allah, setelah ini saya tidak akan menganggap
suci terhadap seorangpun selama-lamanya.'' (HR. Al-Bukhari 3/385,
6/223 dan 224, 8/266/ dalam Fathul Bari, dan Ahmad 6/436 dari Ummi
Al-' . Ala' Al-Anshariyyah bi nahwihi).

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...