09 November 2012

Cinta Dalam Spiritualitas

Sejak dilahirkan
menjadi bayi,
sebenarnya kita
telah mengenal
cinta yang berasal dari orangtua kita.
Kemudian ketika
tumbuh besar,
maka kita akan
menemukan cinta lainnya dalam bentuk
yang berbeda. Cinta kepada saudara, sahabat dan
kemudian tumbuh lagi dan
menemukan cinta terhadap lawan jenis yang
menawan hati.
Kita juga mengalami
sebentuk cinta baru sampai pada satu
titik dalam
kehidupan kita, lalu memutuskan untuk menikah.
Cinta yang dialami
dalam masa
pacaran itu berbeda
dengan cinta dalam tanggung jawab membina rumah tangga.
Cinta awal dalam
pernikahan tersebut masih tercampur dengan unsur-unsur
hasrat material
(Syahwat), misalnya cinta karena kecantikan/ketampanan dan
penampilannya,
seksualitas,
kepemilikan harta dan sebagainya. Juga hasrat
imaterial seperti
garis keturunan dan keningratan.
Kemudian dari
pernikahan yang
menghasilkan anak, kita akan
menemukan
sebentuk cinta baru lagi, yaitu kepada darah daging sendiri.
Kemudian dalam
perjalanan waktu unsur-unsur yang membangkitkan
hasrat material di antara pasangan itu
akan menyusut.
Kecantikan atau
ketampanan yang telah memudar, kulit mulai berkeriput, tubuh yang dulu
menggairahkan
mulai tak menarik
lagi. Gairah seksual
dan daya reproduksi
juga menurun.
Pada saat itulah
yang tersisa dari
kedua pasangan
adalah kesan-kesan
selama kebersamaan yang menghasilkan
sebentuk cinta yang lebih murni. Cinta yang tumbuh dari
kesetiaan,
perhatian dan kasih sayang, ketulusan,
dan kesabaran
pasanganya dalam menghadapi
permasalahan yang datang dalam kehidupan mereka bersama.
Cinta yang murni
seperti inilah yang akhirnya dapat membantu
seseorang dalam
mengidentifikasi
cinta kepada Allah. Inilah sebentuk cinta spiritual yang
seringkali berada di luar benak mereka yang baru mengenal manisnya
cinta lawan jenis.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...